Televisi adalah sebuah
media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang
monokrom (hitam-putih) maupun
berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata
tele (τῆλε, "jauh") dari
bahasa Yunani dan
visio ("penglihatan") dari
bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.”
Penggunaan kata "Televisi" sendiri juga dapat merujuk kepada "
kotak televisi", "
acara televisi", ataupun "
transmisi televisi". Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan
roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia 'televisi' secara tidak formal sering disebut dengan
TV (dibaca:
tivi,
teve ataupun
tipi.)
Kotak televisi pertama kali dijual secara komersial sejak tahun
1920-an,
dan sejak saat itu televisi telah menjadi barang biasa di rumah, kantor
bisnis, maupun institusi, khususnya sebagai sumber kebutuhan akan
hiburan dan
berita serta menjadi media periklanan. Sejak
1970-an, kemunculan
kaset video,
cakram laser,
DVD dan kini
cakram Blu-ray,
juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk untuk melihat materi
siaran serta hasil rekaman. Dalam tahun-tahun terakhir, siaran televisi
telah dapat diakses melalui Internet, misalnya melalui iPlayer dan Hulu.
Sekelompok keluarga berkebangsaan Amerika sedang menonton TV, 1958
Walaupun terdapat bentuk televisi lain seperti
televisi sirkuit tertutup, namun jenis televisi yang paling sering digunakan adalah televisi
penyiaran, yang dibuat berdasarkan sistem penyiaran
radio
yang dikembangkan sekitar tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi
radio berkekuatan tinggi untuk memancarkan gelombang televisi ke
penerima gelombang televisi.
Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui gelombang
radio VHF dan UHF dalam
jalur frekuensi yang ditetapkan antara 54-890
megahertz[1]. Kini gelombang TV juga sudah memancarkan jenis suara
stereo ataupun bunyi keliling di banyak negara. Hingga tahun
2000, siaran TV dipancarkan dalam bentuk gelombang
analog, tetapi belakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi penyiaran
digital.
Sebuah kotak televisi terdiri dari bermacam-macam
sirkuit elektronik
didalamnya, termasuk di antaranya sirkuit penerima dan penangkap
gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tidak memiliki
perangkat penerima sinyal biasanya disebut sebagai
monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat dipakai dalam berbagai penggunaan teknologi seperti analog (
PAL,
NTSC,
SECAM), digital (
DVB,
ATSC,
ISDB dsb.) ataupun
definisi tinggi
(HDTV). Sistem televisi kini juga digunakan untuk pengamatan suatu
peristiwa, pengontrolan proses industri, dan pengarahan senjata,
terutama untuk tempat-tempat yang biasanya terlalu berbahaya untuk
diobservasi secara langsung.
Televisi amatir (
ham TV atau
ATV) digunakan untuk kegiatan percobaan dan hiburan publik yang dijalankan oleh operator
radio amatir. Stasiun TV amatir telah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial.
[2]
Televisi telah memainkan peran penting dalam sosialisasi
abad ke-20 dan ke-21. Pada tahun
2010,
iPlayer digunakan dalam aspek
media sosial dalam bentuk layanan
televisi internet, termasuk di antaranya adalah
Facebook dan
Twitter.
[3]
Sejarah
Sejarah awal
Pada masa awal perkembangannya, televisi menggunakan gabungan teknologi
optik, mekanik, dan
elektronik untuk merekam, menampilkan, dan menyiarkan gambar visual. Bagaimanapun, pada akhir
1920-an,
sistem pertelevisian yang hanya menggunakan teknologi optik dan
elektronik saja telah dikembangkan, dimana semua sistem televisi modern
menerapkan teknologi ini. Walaupun sistem mekanik akhirnya tidak lagi
digunakan, pengetahuan yang didapat dari pengembangan sistem
elektromekanis sangatlah penting dalam pengembangan sistem televisi
elektronik penuh.
Gambar pertama yang berhasil dikirimkan secara elektrik adalah melalui mesin
faksimile mekanik sederhana, (seperti
pantelegraf)
yang dikembangkan pada akhir abad ke-19. Konsep pengiriman gambar
bergerak yang menggunakan daya elektrik pertama kali diuraikan pada 1878
sebagai "teleponoskop" (konsep gabungan telepon dan gambar bergerak),
tidak lama setelah penemuan
telepon. Pada saat itu, para penulis
fiksi ilmiah telah membayangkan bahwa suatu hari nanti
cahaya juga akan dapat dikirimkan melalui medium kabel, seperti halnya
suara.
Ide untuk menggunakan sistem pemindaian gambar untuk mengirim gambar
pertama kali dipraktikkan pada 1881 menggunakan pantelegraf, yaitu
menggunakan mekanisme pemindaian pendulum. Semenjak itu, berbagai teknik
pemindaian gambar telah digunakan di hampir setiap teknologi pengiriman
gambar, termasuk televisi. Inilah konsep yang bernama "
perasteran", yaitu proses mengubah gambar visual menjadi arus gelombang elektrik.
1880-an: Cakram Nipkow
Pada tahun
1884,
Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan
cakram Nipkow,
sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara
spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. Setiap
lubang cakram diposisikan dengan selisih
sudut yang sama agar dalam setiap putarannya cakram tersebut dapat meneruskan cahaya melalui setiap lubang hingga mengenai lapisan
selenium
peka cahaya yang menghasilkan denyut elektrik. Seiring dengan peletakan
posisi gambar yang difokuskan dipusat cakram, setiap lubang akan
memindai setiap "iris" horizontal dari keseluruhan gambar. Alat buatan
Nipkow ini tidak benar-benar dapat dipraktekkan hingga adanya kemajuan
dalam teknologi
tabung penguat. Namun, alat tersebut hanya dapat memancarkan gambar "
halftone" — dikarenakan lubang dengan posisi tertentu dengan ukuran berbeda-beda — melalui kabel telegraf atau telepon.
Rancangan selanjutnya adalah menggunakan pemindai
mirror-drum berputar sebagai perekam gambar dan
tabung sinar katode (CRT) sebagai perangkat tampilan. Pada 1907, seorang ilmuwan Rusia,
Boris Rosing,
menjadi penemu pertama yang menggunakan CRT dalam perangkat penerima
dari sistem televisi eksperimental. Dia menggunakan pemindai
"mirror-drum" untuk mengirim gambar geometrik sederhana ke CRT.
[4] Namun, untuk merekam gambar bergerak masih tidak dapat dilakukan, karena kepekaan detektor
selenium yang rendah.
1920-an: Penemuan John Logie Baird
TV 405 hitam putih Murphy dari Ukrania, 1951.
Penemu asal
Skotlandia,
John Logie Baird berhasil menunjukan cara pemancaran gambar-bayangan bergerak di
London pada tahun 1925,
[5] diikuti gambar bergerak
monokrom
pada tahun 1926. Cakram pemindai Baird dapat menghasilkan gambar
beresolusi 30 baris (cukup untuk memperlihatkan wajah manusia) dari
lensa dengan spiral ganda.
[6]
Demonstrasi oleh Baird ini telah disetujui secara umum oleh dunia
sebagai demonstrasi televisi pertama, sekalipun televisi mekanik tidak
lagi digunakan. Pada tahun 1927, Baird juga menemukan sistem
rekaman video
pertama di dunia, yaitu "Phonovision", yaitu dengan memodulasi sinyal
output kamera TV-nya ke dalam kisaran jangkauan audio, dia dapat merekam
sinyal tersebut pada cakram audio 10 inci (25 cm) dengan menggunakan
teknologi rekaman audio biasa. Hanya sedikit rekaman "
Phonovision"
Baird yang masih ada dan rekaman-rekaman yang masih bertahan tersebut
kemudian diterjemahkan dan diproses menjadi gambar yang dapat dilihat
pada 1990-an menggunakan teknologi pemrosesan-sinyal digital.
[7]
Pada 1926, seorang insinyur
Hungaria,
Kálmán Tihanyi,
merancang sistem televisi dengan perangkat pemindaian dan tampilan yang
sepenuhnya elektronik, dan menggunakan prinsip "penyimpanan isi" di
dalam tabung pemindai (atau "kamera").
[8][9][10][11]
Pada 1927, seorang penemu Rusia,
Léon Theremin, mengembangkan sistem televisi dengan
mirror-drum yang menggunakan sistem "
video terjalin" untuk menghasilkan
resolusi gambar 100 baris.
Pada tahun yang sama,
Herbert E. Ives dari
Bell Labs berhasil mengirimkan gambar bergerak dari sebuah cakram 50-
tingkap yang menghasilkan 16 gambar per menit melalui medium
kabel dari
Washington, D.C. ke
New York City, dan juga melalui gelombang
radio dari
Whippany, New Jersey.
[12]
Ives menggunakan layar penayang sebesar 24 x 30 inci (60 x 75 cm).
Subjek rekamannya termasuk salah satunya Sekretaris Perdagangan Amerika
saat itu,
Herbert Hoover.
Pada tahun yang sama pula,
Philo Farnsworth berhasil membuat sistem televisi pertama di dunia dengan pemindai elektronik pada kedua perangkat tampilan dan
pickup,
[13] dimana temuannya ini pertama kali ia demonstrasikan di depan media pers pada
1 September 1928.
[13][14]
1930-an: Penyebaran dan penerimaan masyarakat
Pada tahun 1936, untuk pertama kalinya
olimpiade Berlin disiarkan ke stasiun televisi di Berlin dan Leipzig di mana masyarakat umum dapat menyaksikan setiap perlombaan langsung.
[15]
Pada masa awal televisi, kotak televisi elektromekanik mulai secara komersial dijual dari tahun 1928 hingga 1934 di Inggris,
[16] Amerika Serikat, dan Rusia.
[17]
Televisi komersial pertama dijual oleh Baird di Britania Raya pada
tahun 1928 dalam bentuk penerima radio ditambah dengan komponen-komponen
seperti tabung
neon di belakang
cakram Nipkow
yang menghasilkan gambar kemerahan berukuran sebesar perangko pos yang
dapat diperbesarkan lagi menggunakan lensa pembesar. "Televisor" ciptaan
Baird ini juga dapat digunakan tanpa radio. Televisor yang dijual pada
tahun 1930–1933 merupakan pemasaran televisi masal yang pertama.
Kira-kira 1.000 unit Televisor berhasil dijual.
[18]
Kotak televisi elektronik komersial pertama dengan
tabung sinar katode diproduksi oleh
Telefunken di
Jerman pada 1934,
[19][20] diikuti oleh produsen elektronik yang lain di
Perancis (1936),
[21] Britania Raya (1936),
[22] dan
Amerika Serikat (1938).
[23][24]
Pada tahun 1936,
Kálmán Tihanyi menerangkan prinsip
televisi plasma, yaitu sistem panel datar yang pertama.
[25][26]
Pada tahun 1938 di Amerika, televisi berukuran 3 inci (7.6 cm) dijual seharga 125
USD
(setara dengan 1.863 USD pada tahun 2007.) Model termurah televisi
berukuran 12 inci (30 cm) adalah seharga $445 (setara dengan $6.633 per
2007).
[27]
Tahun penerimaan TV menurut negara
1939 dan sebelum
|
1940 — 1949
|
1950 — 1959
|
1960 — 1969
|
1970 — 1979
|
1980 — 1989
|
1990 — 1999
|
2000 dan selepas
|
Tidak ada televisi
|
Tidak ada data
|
Kira-kira sebanyak 19.000 unit televisi elektronik telah diproduksi
di Britania, 1.600 unit di Jerman, dan 8.000 unit di Amerika,
[28] sebelum akhirnya
War Production Board terpaksa menghentikan produksi TV pada April
1942 karena pecahnya
Perang Dunia II.
Penggunaan TV di Amerika Serikat meningkat kembali pasca Perang Dunia II setelah produksi TV diizinkan kembali pada Agustus
1945.
Pasca perang, jumlah pemilik TV di Amerika meningkat sekitar 0,5% pada
tahun 1946, lalu naik 55,7% pada tahun 1954, dan naik sampai 90% pada
tahun 1962.
[29]
Di Britania, jumlah pemilik TV meningkat dari 15.000 pada tahun 1947,
lalu 1,4 juta pada tahun 1952, hingga 15,1 juta pada tahun 1968.
Komponen kotak televisi
Secara umum cara kerja kotak TV berawal dari
antena yang menerima input frekuensi radio (RF) berupa frekuensi VHF dan UHF yang kerjanya diatur oleh
tuner
dan pencari gelombang, selanjutnya sinyal diolah dan dipisahkan antara
gambar dan suara, sementara gambar diolah oleh tabung katode dan
diteruskan ke layar, sinyal suara diproses untuk dipecah menjadi stereo,
untuk kemudian diumpan ke penguat akhir dan
speaker.
Perangkat output gambar televisi saat ini menggunakan berbagai teknologi penampil seperti
CRT,
LCD,
Plasma,
DLP, maupun
OLED. Sedangkan untuk terminal input tambahan bagi piranti keras lain, unit televisi juga dilengkapi dangan terminal input untuk
DVD player,
konsol permainan video dan alat pendengar personal. Terminal input lain yang juga kerap dijumpai termasuk
RCA,
mini-DIN,
HDMI,
SCART, dan
D-terminal. Ada juga yang dilengkapi input untuk perekaman suara dan gambar dari acara TV. Sebagian unit TV mewah dilengkapi dengan port
Ethernet untuk menerima data dari Internet, seperti nilai saham, cuaca, ataupun berita. Seluruh unit TV yang diproduksi sejak awal
1980-an juga dilengkapi dengan
remote control inframerah untuk mengontrol saluran siaran, suara, kecerahan, kontras, warna, dll.
Komponen-komponen utama dari sebuah televisi LCD ukuran 19 inci
Penyiaran dan konten pada televisi
Acara
Terdapat berbagai cara untuk menyiarkan konten TV yang dapat
disiarkan untuk umum. Setelah diproduksi, langkah selanjutnya adalah
memasarkan dan menjualnya kepada pasar manapun yang ingin membelinya.
Hal ini secara tipikal terbagi dalam dua tingkatan:
- Tayangan Pertama atau Tayangan Perdana — sebuah badan
produksi menghasilkan acara yang terdiri dari satu atau beberapa episode
yang kemudian ditayangkan dalam sebuah stasiun atau jaringan televisi yang telah membayar untuk produksi itu sendiri ataupun telah menerima lisensi acara tersebut dari produser aslinya.
- Sindikasi penyiaran
— istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan penggunaan acara
selanjutnya (setelah tayangan pertama). Hal ini tidak saja mengatur
tayangan lanjutan di negara yang sama (dengan tayang perdananya), tetapi
juga penggunaan internasional yang mungkin sudah tidak lagi diurus dan
berhubungan oleh produser aslinya. Pada umumnya, organisasi lain (stasiun televisi
ataupun individu) akan terikat dalam melakukan sindikasi, dalam kata
lain, mereka hanya dapat menjual suatu acara ke suatu pasar secara legal
dengan adanya kontrak dengan pemegang hak cipta, pada umumnya adalah
produser.
Pembiayaan
Jumlah televisi untuk setiap 1.000 penduduk dunia
1.000+
|
100-200
|
500-1.000
|
50-100
|
300-500
|
0-50
|
200-300
|
Tidak ada data
|
Cara pembiayaan penyiaran televisi di seluruh dunia secara spesifik
berbeda-beda. Namun pada dasarnya, konsep pembiayan yang digunakan
adalah sama, yaitu dari pengiklanan, pelisensian (cukai), langganan, dan
sebagainya. Secara global, sumber pendapatan stasiun TV berkisar antara
45—50% dari pengiklanan, 40—45% dari biaya langganan, dan 10% dari
pembiayaan swasta.
[30][31]
Bagi saluran TV berlangganan, demi melindungi pendapatan, biasanya mereka melakukan
enkripsi
sinyal untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang berlangganan saja
yang dapat melakukan dekripsi dan melihat siaran mereka. Sedangkan untuk
saluran TV tanpa
enkripsi disebut sebagai
siaran gratis (
en:
free to air / FTA).
Pengiklanan
Penyiaran yang luas membuat televisi menjadi media yang amat menarik bagi para
pengiklan.
Kebanyakan jaringan dan stasiun televisi menjual beberapa bagian waktu
penyiaran kepada pengiklan atau sponsor untuk membiayai jaringan siaran
mereka.
[32] Harga pengiklanan setiap jaringan berbeda-beda untuk setiap blok waktunya, tergantung dari
rating (larisnya acara) yang dimiliki oleh suatu acara yang dihitung melalui survei setiap hari.
Cukai dan lisensi
Di beberapa negara, layanan televisi dibiayai dengan menggunakan sebuah
lisensi televisi
atau sejenis cukai yang membuat peran iklan dalam pembiayaan menjadi
kecil atau bahkan tidak ada. Sebagai contoh, beberapa saluran TV yang
sedikit menggunakan iklan atau bahkan tidak sama sekali adalah
ABC (
Australia),
NHK (
Jepang),
BBC (
Inggris), dsb.
BBC Inggris
tidak menyiarkan iklan pada salurannya di Britania Raya, namun mereka
dibiayai dari lisensi tahunan yang dibayar oleh semua pemirsa. Iuran
lisensi ini ditetapkan oleh pemerintah, tetapi BBC tidak
bertanggungjawab kepada pemerintah atau dikontrol oleh pemerintah.
Dua saluran utama jaringan BBC ditonton oleh lebih kurang 90% warga
Inggris setiap minggu dan menguasai 27% jumlah tontonan keseluruhan,
[33]
meskipun 85% rumah tangga menerima berbagai saluran, dengan 42% di
antaranya menerima sekitar 200 saluran gratis via satelit dan 43% lagi
menerima lebih dari 30 saluran melalui layanan
Freeview.
[34] Lisensi yang membiayai tujuh saluran TV BBC yang bebas iklan kini seharga £139.50 per tahun (setara
USD
215). Ketika suatu acara olahraga yang sama disiarkan di BBC dan
saluran swasta, BBC selalu berhasil mencatat jumlah penonton terbanyak,
menandakan bahwa para penonton lebih suka menonton TV tanpa gangguan
dari iklan.
ABC Australia tidak menyiarkan iklan sama sekali (kecuali sebagai materi promo internal) karena telah dilarang dalam
Akta ABC 1983.
ABC menerima dana pembiayaan dari Pemerintah Australia setiap tiga
tahun sekali. Pada Anggaran Belanja Australia 2008/09, ABC menerima
$ 822,67 juta.
[35] Dana tersebut digunakan untuk seluruh operasional Jaringan Televisi ABC, termasuk radio,
online,
dan Produksi Internasional. Jaringan ABC juga memperoleh keuntungan
dari toko-toko ABC Shop di seluruh negara Australia. Meski dibiayai oleh
Pemerintah Australia, kemerdekaan editorial ABC dijamin di bawah hukum.
Di
Perancis dan
Irlandia,
saluran-saluran yang dibiayai pemerintah tetap dapat menyiarkan iklan,
namun semua yang memiliki TV harus membayar pajak cukai tahunan (
la redevance audiovisuelle).
[36]
Di Jepang, Jaringan
NHK dibiayai oleh cukai lisensi (dikenal di Jepang sebagai
pajak resepsi (受信料 Jushinryō?)).
Terdapat undan-undang yang menetapkan bahwa setiap televisi yang
menerima siaran NHK diharuskan membayar pajak. Besarnya pajak telah
ditetapkan, dengan diskon untuk pekerja kantor dan siswa sekolah,
termasuk diskon umum untuk penduduk di Daerah Administrasi Okinawa.
TV berlangganan
Sebagian saluran TV dibiayai oleh pelanggan, oleh karena itu sinyal
siaran akan dipancarkan dengan enkripsi untuk memastikan bahwa hanya
pelanggan yang membayar yang dapat menikmati siaran Stasiun TV tersebut.
Namun, kebanyakan layanan TV berlangganan juga didanai oleh iklan.
Genre
Genre
televisi mencangkup bermacam jenis acara yang bertujuan untuk menghibur,
memberi pengetahuan, serta mendidik para penonton. Genre hiburan dengan
biaya produksi paling mahal biasanya adalah
drama dan mini seri.
Diantara genre-genre hiburan yang paling diminati adalah acara denan genre
action seperti yang melibatkan polisi, kriminal, detektif, horor, maupun
thriller. Terdapat pula ragam genre drama non-aksi seperti
opera sabun.
Tontonan fiksi ilmiah dapat tergolong dalam kategori aksi maupun drama,
tergantung apakan lebih menonjolkan sisi filosofikal atau sisi
petualangan. Komedi juga merupakan jenis tontonan populer, termasuk
Sitkom (sitkom) dan animasi acara dewasa seperti
Family Guy.
Acara hiburan yang lebih murah antara lain termasuk acara kuis,
wawancara, atraksi, dan realitas. Acara kuis menampilkan para peserta
memperebutkan hadiah dengan menjawab beberapa soal maupun menyelesaikan
teka-teki. Acara wawancara menampilkan wawancara maupun bincang-bincang
bersama tokoh-tokoh terkenal seperti artis hiburan, politikus,
pengusaha, dll. Acara atraksi menampilkan berbagai hiburan seperti
pemain musik, pelawak, tukang sulap, dll. Ada juga acara campuran genre
wawancara dan atraksi, terutama acara wawancara tersohor dimana adanya
tambahan hiburan di antara segmen-segmen wawancara.
Acara realitas memperlihatkan orang-orang biasa (bukan
aktor) yang menghadapi tantangan atau pengalaman yang luar biasa, bersaing mendapatkan gelar juara (
Akademi Fantasia), dikerjain (
Just For Laughs Gags), atau merasakan kehidupan orang-orang yang hidup di bawah garis kemiskinan (
Jika Aku Menjadi...). Ada juga jenis acara realitas yang mempertontonkan kehidupan sehari-hari seorang artis (
Gugu Gaga Erra) atau artis yang melakukan pekerjaan seperti pada umumnya orang biasa (
The Simple Life).
Dampak sosial
Dampak bagi anak-anak
Sejak akhir 1990-an, semakin banyak orang tua yang mengizinkan
bayinya menonton televisi seiring dengan semakin banyaknya produk
DVD
yang diiklankan dapat membantu perkembangan bahasa dan kognitif bayi.
Namun demikian, tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa menonton
televisi sejak usia dini dapat meningkatkan perkembangan berbahasa
anak.
Sebaliknya, bukti ilmiah menunjukkan bahwa bayi yang menonton DVD
semacam itu memiliki kemampuan berbahasa yang lebih rendah. Selain itu,
bila kemampuan anak mengenal huruf dan angka diukur pada usia sekolah,
anak yang menonton televisi sebelum berusia 3 tahun memiliki skor yang
lebih rendah daripada anak yang tidak menonton televisi sebelum berusia 3
tahun. Demikian pula, semakin banyak anak menonton televisi sebelum
usia 3 tahun, semakin tinggi kemungkinannya mengalami masalah perhatian
pada usia 7 tahun.
[37]
Sebaliknya, menonton acara televisi yang berkualitas dapat
meningkatkan kemampuan kognitif anak usia prasekolah. Acara televisi
yang paling banyak diteliti ialah
Sesame Street
yang menunjukkan efek positif untuk pembelajaran bahasa bila ditonton
anak usia 3–5 tahun. Sebagai perbandingan, penelitian menunjukkan bahwa
acara televisi tanpa maksud pendidikan—seperti
film kartun
pada umumnya—tidaklah berhubungan dengan peningkatan kemampuan
berbahasa. Setelah remaja, anak-anak yang pada usia prasekolah biasa
menonton
Sesame Street ternyata meraih nilai pelajaran yang lebih
tinggi, lebih banyak membaca buku, dan lebih bermotivasi untuk meraih
prestasi dibandingkan dengan remaja yang pada saat berusia prasekolah
tidak menonton acara tersebut.
[38]
Melalui televisi, anak-anak dan
remaja
juga dapat belajar mengenai perilaku antikekerasan, empati, toleransi
kepada orang dari ras atau etnis lain, dan rasa hormat kepada orang yang
lebih tua.
[39] Informasi mendidik juga dapat diselipkan dalam program yang populer bagi remaja, misalnya pendidikan mengenai
kontrasepsi yang berhasil dilakukan melalui salah satu episode serial televisi Amerika Serikat,
Friends.
[40]
Namun demikian, menonton televisi juga berpotensi memberikan dampak
negatif bagi anak-anak dan remaja, seperti perilaku agresif,
penyalahgunaan zat, aktivitas seksual yang berisiko,
obesitas,
gangguan pola makan, dan menurunnya prestasi di sekolah. Bila di dalam
kamar anak terdapat televisi, risiko anak mengalami kelebihan berat
badan dan kemungkinan anak
merokok meningkat, anak menjadi kurang membaca dan melakukan hobi lainnya, serta waktu tidur anak berkurang.
[39]
Pada tahun 2001, Akademi Dokter Anak Amerika merekomendasikan
sejumlah hal untuk mengatasi potensi dampak negatif televisi bagi
anak-anak dan remaja, termasuk mengeluarkan televisi dari kamar anak,
menghindarkan tontonan televisi dari anak berusia di bawah 2 tahun,
serta mendorong orang tua untuk menemani anak menonton televisi dan
memantau program televisi yang ditonton anak-anak agar informatif,
mendidik, dan tidak berisi kekerasan.
[41]
Dampak kesehatan
Karena berkaitan dengan perilaku menetap (
sedentary behavior)
seperti duduk dan berbaring dalam waktu lama tanpa mengeluarkan energi,
terlalu banyak menonton televisi ditengarai berdampak negatif bagi
kesehatan. Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa menonton televisi
dalam waktu lama berasosiasi dengan
indeks massa tubuh yang lebih tinggi, tingkat kebugaran yang lebih rendah, dan tingkat
kolesterol darah yang lebih tinggi.
[42] Semakin banyak seseorang menonton televisi pada saat masih anak-anak, semakin tinggi kemungkinannya untuk mengalami
obesitas pada saat dewasa.
[43] Menonton televisi dan perilaku menetap lainnya juga berasosiasi dengan semakin tingginya risiko
kanker kolorektal,
endometrial,
ovarium, dan
prostat[44] serta risiko
penyakit kardiovaskular.
[45]